Nih Ternyata Pohon Bukan Merupakan Penyumbang Oksigen Terbesar Untuk Bumi
Kaprikornus tanggapan yang benar yaitu Plankton, khususnya yaitu Fitoplankton. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan tubuh air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, lantaran menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton yaitu makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia menerima bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup.
Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya aktivitas menangkap ikan aktif dijalankan di daerah itu. Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat memakai mikroskop, unsur tumbuhan alga sanggup dilihat pada plankton. Beberapa makhluk maritim yang memakan plankton yaitu menyerupai kerikil karang, kerang, dan ikan paus.
Plankton yaitu organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini. Dengan kemampuannya berespisari menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.
Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak pribadi sanggup membuat awan yang sanggup menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi. Dierdre Toole dari Institusi Oceanografi Woods Hole (WHOI) dan David Siegel dari Universitas California, Santa Barbara (UCSB) yaitu dua peneliti itu.
Penelitian yang didanai oleh NASA tersebut mengungkapkan dikala matahari menyinari lautan, lapisan atas maritim (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan menimbulkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan maritim di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.
Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diharapkan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang sanggup merusaknya.
Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini bila terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS lalu terlepas dengan sendirinya dari permukaan maritim ke udara.
Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen belerang DMS itu lalu saling menempel dan membentuk partikel kecil menyerupai debu. Partikel-partikel kecil tersebut lalu memudahkan uap air dari maritim untuk berkondensasi dan membentuk awan.
Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu membuat awan. Awan yang terbentuk menimbulkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet. Proses ini bekerjsama telah beberapa tahun dipelajari di laboratorium oleh para ilmuwan, namun proses alamiahnya gres kali ini sanggup dipelajari.
Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya sanggup memperlambat proses pemanasan bumi, serta mempunyai pengaruh besar tehadap iklim bumi. Namun, untuk pertanda hal tersebut, masih harus dilakukan penelitian lanjutan yang seksama.
Penelitian yang dilakukan di Laut Sargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa partikel DMS ini sanggup terurai dengan sendirinya di udara sehabis tiga hingga lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, sanggup bertahan hingga berpuluh-puluh tahun.
Karena penguraian alamiah DMS sangat cepat, DMS tidak akan menjadikan pengaruh rumah kaca, tidak menyerupai karbondioksida. Kaprikornus bersyukurlah lantaran mereka kita masih bisa menghirup udara dengan bebas untuk kelangausngan hidup. Lalu yang terpenting dan terutama, bersyukurlah lantaran Tuhan mu telah membuat mereka.
0 Response to "Nih Ternyata Pohon Bukan Merupakan Penyumbang Oksigen Terbesar Untuk Bumi"
Posting Komentar